Home » » Suku Batak (Sumatra Utara)

Suku Batak Suku Batak adalah salah satu suku yang sangat unik, suku batak juga salah satu suku bangsa indonesia yang memiliki ciri Kha...

Suku Batak (Sumatra Utara)

Written By test on Monday, 28 March 2016 | 04:11

Suku Batak

Suku Batak adalah salah satu suku yang sangat unik, suku batak juga salah satu suku bangsa indonesia yang memiliki ciri Khas tersendiri dan juga memiliki suatu kebudayan yang sangat menarik dan yang pastinya, suku batak adalah salah satu suku yang wajib untuk dipertahankan dalam sejarah kebudayaan indonesia. Nama atau kata Batak merupakan suatu gambaran kolektif untuk mengidentifikasi beberapa suku bangsa yang menempati wilayah, Panti Timur, Pantai Barat, yang ada di Propinsi Sumatra Utara. Suku yang berada di sumatra utara yang di kategorikan sebataki Batak yaitu, Batak Karo, Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Mandaling, dan Batak Angkola. Suku batak sendiri dikenal dengan banyak marga, yang diketahui di ambil dari keturunan laki-laki dan keturunan laki-laki tersebut akan diteruskan kapada generasi penerusnya. Marga yang ada pada suku batak telah menjadi simbol tersendiri bagi masyarakat suku batak. Berdasarkan cerita yang ada pada suku batak bahwa, induk marga batak diawali dari si raja batak yang suku batak yakini bahwa awal mulah dari orang batak.

Orang Batak
Photo by : youtube

Ucapan Salam Khas Suku Batak

Siapa sih yang tidak kenal dengan Salam Khas Orang Batak, suku batak memiliki salam khas yang biasa mereka sebut "Horas", salam horasnya ini memiliki arti dan makna tersendiri bagi masyarakat suku batak, salam Horas suku batak menunjukan bahwa mereka mengucapkan salam dengan begitu semangat dan benar-benar sepenuh hati. Salam Horas ini sudah hampir di kenal diseluruh penjuru bangsa Indonesia.

Sejarah batak
Photo by : youtube

Ringkasan Sejarah Suku Batak

Suku batak atau orang batak merupakan salah satu suku penutur Bahasa Austronesia, namun tidak diketahui dengan jelas kapan para leluhur orang batak mulai menetap di wilayah Tapanuli dan Sumatra Timur, namun dengan cara berbahasa dan bukti-bukti yang ditemukan oleh para Arkeologi menunjukan bahwa orang-orang yang berbahasa Austronesia dari daerah Taiwan kini berpindah ke wilayah Indonesia dan Filipina, yang diperkirakan sekitar 2.500 Tahun lalu, yaitu pada Zaman Neolitikum (Zaman Batu Mudah). Namun pada zaman sekarang ini  belum ada Artefak Neolitikum yaitu Zaman Batu Muda yang di identifikasi di wilayah batak, maka diperkirakan bahwa para leluhur atau nenek moyang suku batak baru Bermigrasi ke Wilayah Sumatra Utara pada Zaman Logam.

Kepercayaan yang dianut oleh Suku Batak

Mayoritas suku batak memilki kepercayaan Agama Kristen, tetapi ada juga sebagian dari suku batak yang menganut kepercayaan Agama Islam, dan juga ada beberapa yang masih memiliki kepercayan yang mengandung Animisme yang biasa mereka sebut "Sipelebegu atau Parbegu". Namun masyarakat suku batak yang masih memiliki kepercayaan yang mengandung Anismisme ini sudah mulai berkurang yang disebabkan oleh berkembangnya zaman dan Penyebaran agama kristen dan agama islam yang mulai memasuki daerah atau wilayah Suku Batak untuk melakukan penyebaran agama.

Penyebaran Agama Kristen di wilayah Suku Batak

Misionaris Kristen, Pada Tahun 1824 Inggris mengutus dua misionarisnya untuk masuk ke wilayah suku batak untuk melakukan penjelajahan di wilayah suku batak. Kedua misionaris inggris ini bernama Richard Burton dan Nathaniel Ward, mereka melakukan penjelajahan dengan berjalan kaki dari Sibolga menuju pedalaman Suku Batak. Perjalanan mereka memakan waktu hingga tiga hari lamanya, dan kemudian mereka tibah di dataran tinggi Silindung dan tinggal selama dua minggu di pedalaman suku batak. Dari kedua misionaris inggris ini, mereka melakukan observasi dan melakukan mengamatan langsung terhadap kehidupan masyarakat suku batak.

dan kemudian pada tahun 1850, dewan injil Belanda menugaskan Herman Neubroner Van Der Tuuk untuk menuliskan dan menerbitkan buku tata bahasa dan kamus bahasa belanda - batak, dan tujuan diterbitkannya kamus bahasa Belanda-Batak ini agar memudahkan para misionaris kristen untuk berkomunikasi dengan masyarakat suku batak. Wilayah Toba dan Simalungun menjadi daerah pengkristenan.

Baca juga :



Setelah salah satu misionaris jerman tiba dilembah sekitar danau toba yang pada waktu itu tahun 1861, dan kemudian misi pengkristenan ini dimulai pada tahun 1881 yang dibawakan oleh Dr, Ludwig Ingwer Nommensen , dan kemudian kitab perjanjian baru yang pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Batak Oleh Nommensen pada tahun 1869 dan kemudian kitab perjanjian lama diterjemahkan oleh P. H. Johannsen yang pada waktu itu Tahun 1891. Kitab yang diterjemahkan tersebut dicetak dalam huruf latin di Wilayah Medan pada tahun 1893. Kitab yang diterjamahkan dalam huruf latin ini tidak mudah di baca, karena memiliki huruf yang berbeda dengan huruf abjad yang biasanya.

di wilaya suku batak, masyarakat Toba dan Karo-lah yang cepat menyerap ajaran agama kristen, dan diketahui bahwa pada abad ke-20, masyarakat Toba dan Karo telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya yang mereka miliki. Pada abad ke-20 masa ini merupakan periode kebangkitan Kolonialisme Hindia - Belanda, yang dimana sebagian banyak orang batak tidak melakukan perlawan lagi dengan pemerintah kolonial. Ketika Sisingamangaraja XII, perlawan yang secara gerilya yang dilakukan oleh masyarakat Toba, telah berakhir pada Tahun 1907.

Penyebaran agama Islam

Pada Tahun 1292, Marco Polo yang berasal dari negara Italia melaporkan bahwa masyarakat suku batak adalah orang-orang yang liar, dan tidak perna terpengaruh dengan agama-agama dari luar, Dan meskipun diketahui Ibn Battuta telah berkujung ke wilaya sumatra utara pada tahun 1345 dan telah mengislamkan Sultan Al-malik  Al-Dhahir, suku batak belum pernah mengenal kepercayaan islam sebelum disebarkan oleh pedagang minangkabau. Dengan bermodal usaha danggangnya, kebanyakan pedagang minangkabau melakukan kawin - mawin dengan perempuan batak, dan diketahui hal ini dapat berkembangnya suku batak yang menganut agama islam.

Konflik Islam di Suku batak 

Paderi, mungkin ada yang berpendapat bahwa kata paderi ini berasal dari Pidari Sumatra Barat, dan ada juga yang berpendapat bahwa kata Paderi berasal dari Padre, atau bahasa Portugis, yang memiliki arti sebagai "Pendeta", yang kalau dalam islam adalah Ulama.

Dari sebagian wilayah di Asia Tenggara dan sebelum masuknya agama islam, Masyarakat suku Batak telah mengenal agama Hindu dan Budha. Kemudian sisa budaya hindu yang masih ada seperti sistem garis ibu, yang menyerupai yang terdapat di india sekarang. Menyebarnya agama islam di Sumatra Utara dan Sumatra Timur, juga yang awalnya di bawah oleh para pedagang-pedagang dari gujarat dan Cina. Ketika kembalinya beberapa tokoh islam dari Mazhab Hambali, yang juga ingin menyebarkan ajarannya di wilayah Sumatra Barat, maka timbulah pertentangan kaum adat dengan Kaum Ulama, yang memiliki senjata, diperkirahkan karena tidak kuat melawan kaum Ulama, maka dari Kaum Adat meminta bantuan kepada Belanda dan dengan penuh semangat mereka menyambut dengan senang hati.

Pada tahun 1816 dan 1833, pecahlah perang yang berlangsung cukup lama. dan selama berlangsung perang Paderi, pasukan dari kaum paderi bukan hanya meminta bantuan kepada Belanda, melainkan juga menyerang para masyarakat suku batak selatan yang diketahui pada tahun 1816 dan 1820. Dan kemudian mengislamkan tanah batak dengan bentuk kekerasan senjata, bahkan diwilayah batak lainnya mendapat pelakuan yang lebih kejam.
SHARE

About test

0 komentar :

Post a Comment