Budaya Sulawesi Tengah (Kota Palu)
Adat Kaili
Budaya dan suku kaili Sulawesi Tengah (Kota Palu). Budaya, berbicara mengenai budaya adalah salah satu hal yang selalu di perbincangkan di seluruh dunia, dimana budaya adalah suatu kebiasaan atau cara hidup yang terus berkembang yang dimiliki oleh satu atau beberapa kelompok orang, yang kemudian terus di wariskan dari generasi ke generasi. Berdasarkan hasil dari penelitian bahwa budaya terbentuk sehingga terdapat banyak unsur yang sangat jelas yang termasuk, Sistem politik, agama, bahasa, adat istiadat, pakaian, perkakas, bangunan, dan karya seni.
Indonesia. Iya,indonesia adalah sala satu bangsa yang memiliki ragam budaya yang sangat luas, bahkan hampir seluruh daerah indonesia memiliki budaya yang berbeda-bedah dan memiliki ciri khas masing -masing, yang dimana ciri khas ini telah menjadi suatu budaya yang terus bergenerasi sehingga turun-temurun akan terus berkembang.
Budaya yang ada di indonesia akan terus berkembang apabila didaerah masing-masing memiliki generasi penerus yang terus menjaga dan memelihara budaya itu sendiri., khususnya daerah sulawesi tengah kota palu. Sulawesi tengah juga dikenal dengan ragam budayanya yang diketauhui sampai sekarang bahwa telah banyak generasi yang mewarisi budaya yang diterima sejak turun-temurun.
Suku kaili ini adalah salah satu suku yang ada di indonesia yang masih berperang penting dalam sosila budaya, yang dimana suku kaili ini memilki ragam bahasa yang masih dipertahankan hingga sekarang. Dan kita sebagai masyarakat indonesia wajib menjaga kelestarian budaya yang ada di negara kita, yaitu indonesia raya.
Baca juga artikel terkait :
Photo By: Youtube |
Suku Kaili (Orang Palu)
Suku kaili adalah salah satu suku yang ada di indonesia yang diketahui sudah sejak lama dan turun-temurun mendiamin daerah Sulawesi Tengah yakni kota palu. Suku kaili ini sudah menyebar ke pelosok-pelosok wilayah sulawisi tengah yang diantaranya adalah kabupaten Donggala, Sigi biromaru, dan wilaya kota palu, dan juga diketahui bahwa suku kaili ini sudah menyebar hampir semua daerah sulawisi tengah, di daerah Gunung Nokilalaki, Gawalise, Gunung Raranggonau, dan kulawi. dan juga diketahui bahwa mereka juga ada di wilaya Pantai timur Sulawesi tengah, yang meliputi Kabupaten Tojo Una-una, Kabupaten Poso, dan kabupaten Parigi moutong. Masyarakat suku kaili ini sangatlah luas mereka juga mdgvbnendiami di desa atau kampung di Tomini yaitu, Moutong, Tinombo, Parigi, Ampana, Sausu, Tojo Una-una. Dan sedangkan di wilaya kabupaten poso mereka dikenal telah mendiami Uekuli, Mapane, dan juga Pesisir pantai Poso.
Bahasa Kaili Yang Unik (Sulawesi Tengah)
Bahasa kaili adalah bahasa yang dipergunakan oleh etnis kaili, dimana bahasa kaili sudah menjadi salah satu budaya bahasa yang tidak akan pernah hilang di muka bumi ini dan akan terus diwariskan kepada anak cucu mereka. Bahasa kaili merupakan salah satu bahasa yang sangat unik, dimana bahasa kaili telah merambat keseluruh pelosok wilayah sulawesi tengah. Dan diketahui bahwa suku kaili mengenal lebih dari dua puluh bahasa yang selalu dipergunakan untuk berkomunikasi setiap hari. Namun dengan demikian, suku kaili juga memilki Lingua Franca, yang biasanya terkenal dengan kata atau bahasa "Ledo" arti dari kata ledo ini berarti "Tidak", dan uniknya lagi, bahasa ledo ini bisa digunakan atau dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan bahasa kaili lainnya. Dan berdasarkan penelitian di lokasi, bahwa bahasa "Ledo" masih asli atau sama halnya belum terkontaminasi dengan bahasa daerah lainnya atau bahasa para pendatang.
Ada beberapa bahasa Kaili yang cukup menarik untuk kita simak baik - baik
- Hati-hati: pakabelo
- Hidung: onge
- Hitam: vuri
- Hujan: nauda
- Hidup: tuvu
- Jangan: nemo
- Jauh: nakavao
- Jalan kaki: nolipa
- Jalan-jalan: manjayo
- Kabar: kareba
- Keluar: nesuvu
- Kenapa: nakuya
- Kaki: kada
- Kau (engkau): komiu
- Kakak: tuaka
- Kalau: ane
- Kambing: tovau
- Ke: ri
- Kebun: talua
- Kecil: kodi
- Kejar: raga
- Kucing: taveve
- Lampu: poindo
- Melihat: nanggita
- Makan: mangande
- Mandi: mandiu
- Maksud/niat: patuju
- Malam: bongina
- Mangga: taipa
- Mata: mata
- Matahari: eyo
- Membeli: mangali
- Mengantuk: naroyo/nangantuk
- Masuk: nesua
- Memang: mami
- Memasak: nariapu
- Menunggu: nopopea
- Minum: manginu
- Muka/wajah: lenje
- Mulut: sumba
- Murah: nesampo
- Nyamuk: sani
- Ombak: balumba
- Pagi: padondona
- Pacar/pacarku: tengea/tengeaku
- Panas: napane
- Panjat/memanjat: pene/nompene
- Pasar: gade
- Pergi: hau
- Permisi: tabe
- Perahu: sakaya
- Pisang: loka
- Pantai: talinti
- Ramai: naroa
- Pukul: boba
- Rumah: banua
- Rambut: bulua
- Sakit: dua/nadua
- Senyum: nongiri
- Saya: yaku
- Siang: tongeo
- Siapa: sema
- Sore: gowiana
- Simpan: boli
- Tangan: pale
- Telinga: talinga
- Teman: roa
- Tidur: maturu
- Tunggu: tonggoraka
- Terang: reme
- Turun: manau
Mata Pencaharian Suku Kaili
Jika di analisa secara detail dan sangat jelas bahwa kehudupan masyarakat atau suku kaili ini sangatlah indah dan bijaksana, dimana mereka memiliki mata pencaharian dengan bercocok tanam di ladang dan di sawa dan lain dari itu ada juga yang bekerja sebaga peternak ayam. Dengan bercocok tanam masyarakat kaili dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan begitu lengkap dan tanpa kekurang bahan makanan lainnya. Dan diketahui bahwa sebagian besar masyarakat kaili lebih banyak bercocok tanam dengan menanam, jagung, padi, kelapa, kopi, cengkeh dan tanaman lainnya. Namun pada masa sekarang banyak juga masyarakat kaili yang mengumpulkan Damar, kayu hitan, dan rotan yang diperirakan dengan harga yang cukup mahal. Sebagian dari masyarakat kaili sering menangkap ikan di pantai dan di sungai. Suku kaili juga dikenal dengan perajin atau penenun kain tradisional yang biasanya di sebut Sarung Donggala.
Kepercayaan dan Agama suku kaili
di masa sekarang ini masyarakat kaili dikenal banyak menganut agama islam atau kepercayaan agama islam. Dan berdasarkan pencatatan sejarah suku kaili, bahwa sebelum agama islam masuk pada abad ke - 17, masyarakat kaili masih menganut kepercayaan yang biasa mereka sebut "Balia" atau pemujaan kepada para dewa-dewa dan roh nenek moyang mereka. Ada banyak dewa tertinggi yang biasa mereka sebut dengan banyak gelar seperti, Topebagi "Sang penentu" Topejadi "Sang Pencipta", dan ketika agama islam mulai masuk ke wilayah sulawesi tengah masyarakat kaili mulai mengenal istilah Alatala bagi dewa tertingginya.
Masayarakat kaili juga sengat peka terhadap sikap saling menolong, dimana dalam kehidupan masyarakat kaili sangat terlihat jelas bahwa, bergotong royong dan saling membantu sangatlah penting bagi mereka, dan bisa dilihat pada upacara-upacara adat yang mereka lakukan bahwa kekerabatan dan persaudaraan sengatlah mereka utamakan dalam kehidupan sehari-hari. Kekerabatan dalam bahasa kaili ialah "Sintuvu", dan bisa dilihat dengan jelas bahwa kata "Sintuvu" sangat mempererat hubungan sosial dalam masyarakat suku kaili.
Masayarakat kaili juga sengat peka terhadap sikap saling menolong, dimana dalam kehidupan masyarakat kaili sangat terlihat jelas bahwa, bergotong royong dan saling membantu sangatlah penting bagi mereka, dan bisa dilihat pada upacara-upacara adat yang mereka lakukan bahwa kekerabatan dan persaudaraan sengatlah mereka utamakan dalam kehidupan sehari-hari. Kekerabatan dalam bahasa kaili ialah "Sintuvu", dan bisa dilihat dengan jelas bahwa kata "Sintuvu" sangat mempererat hubungan sosial dalam masyarakat suku kaili.
Seni Tari Suku kaili yang sangat terkenal
Masyarakat kaili memiliki seni tari yang sangat terkenal di Sulawesi Tengah, yaitu seni tari "Pamonte". Tarian pamonte ini sering diperagakan oleh para wanita masyarakat kaili ketika menyambut musim panen padi tiba, dan tari Pamonte ini juga sering dipertunjukan atau diperlihatkan pada acara penyambutan tamu penting dan Festival budaya.
Makna dari seni tari Pamonte
Makna dari tari Pamonte ini sangatlah penting bagi masyarakat suku kaili dimana tari pamonte ini menggambarkan kegembiraan dan rasa syukur yang sangat mendalam ketika mereka mendapatkan hasil panen yang mereka dapatkan. Perasaan bahagia akan hasil yang mereka dapatkan akan terus mempererat hubungan untuk terus bergotong royong dan bahu membahu untuk menciptakan kebersamaan dan kekerabatan yang tinggi terhadap sesama.Kesimpulan :
Suku kaili ini adalah salah satu suku yang ada di indonesia yang masih berperang penting dalam sosila budaya, yang dimana suku kaili ini memilki ragam bahasa yang masih dipertahankan hingga sekarang. Dan kita sebagai masyarakat indonesia wajib menjaga kelestarian budaya yang ada di negara kita, yaitu indonesia raya.
Baca juga artikel terkait :
- Suku Dayak dari kalimantan
- Suku Kulawi di sulawesi tengah
- Suku Da'a atau biasa disebut Topoda'a
- Suku Minangkabau, Mari belajar sejarah yang takterlupakan
- Suku Batak dari sumatra utara
- 10 Tempat wisata di sulawesi tengah yang wajib anda kunjungi
0 komentar :
Post a Comment